Jumat pertama di tahun 1444 hijriyah. Maka, sungguh segala puji hanya milik Allah, yang telah menganugerahkan umur panjang kepada kita sehingga bisa memasuki tahun baru hijriah. Kita bersyukur kepada-Nya atas segala karunia utamanya iman dan kesehatan sehingga kita bisa menunaikan shalat Jum'at pada Jumat perdana di tahun 1444 hijriah ini.
Khotbah Pertamaالسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَركَاتُهُإِنّ الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُأَشْهَدُ أَنْ لَاۧ إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلٰى مَحَمَّدِ نِالْمُجْتَبٰى، وَعَلٰى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَهْلِ التُّقٰى وَالْوَفٰى. أَمَّا بَعْدُ فَيَاأَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ! أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ فَقَدْ فَازَ مَنِ اتَّقَىفَقَالَ اللهُ تَعَالٰى فِيْ كِتَابِهِ الْكَرِيْمِيَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًاMa’asyiral Muslimin, jemaah masjid yang dimuliakan khotbah kali ini, khatib berwasiat kepada diri khatib pribadi dan para jemaah sekalian agar senantiasa meningkatkan kualitas keimanan dan ketakwaan kepada Allah Ta’ala dengan menjalankan perintah-Nya serta menjauhi larangan-Nya. Apalagi di bulan ramadan yang mulia kita ketahui, keimanan pada hati seorang hamba itu hakikatnya bisa bertambah dan bisa berkurang. Saat seorang hamba melakukan ketaatan kepada Allah Ta’ala, menjalankan perintah Allah Ta’ala, menghidupkan sunah nabi-Nya, serta menjauhkan diri dari hal-hal yang dilarang dan dibenci Allah Ta’ala, maka tentu saja kadar keimanan di hatinya akan bertambah. Sedangkan ketika ia berbuat kemaksiatan, meninggalkan kewajiban, melanggar aturan-aturan Allah, maka tentu saja semua hal itu akan mengurangi kadar keimanan di dan keliru, bila ada yang mengatakan “yang penting isi hatinya” dengan meyakini bahwasanya kemaksiatan tidak akan mengurangi dan mempengaruhi keimanannya. Padahal Allah Ta’ala berfirman,وَإِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ ءَايَٰتُهُۥ زَادَتْهُمْ إِيمَٰنًا“Dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya, bertambahlah iman mereka karenanya.” QS. Al-Anfal 2وَيَزْدَادَ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ إِيمَٰنًا“Supaya orang yang beriman bertambah imannya.” QS. Al-Mudatstsir 31هُوَ ٱلَّذِىٓ أَنزَلَ ٱلسَّكِينَةَ فِى قُلُوبِ ٱلْمُؤْمِنِينَ لِيَزْدَادُوٓا۟ إِيمَٰنًا مَّعَ إِيمَٰنِهِمْ“Dialah yang telah menurunkan ketenangan ke dalam hati orang-orang mukmin supaya keimanan mereka bertambah di samping keimanan mereka yang telah ada.” QS. Al-Fath 4Di dalam sebuah hadis, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda,عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- الإِيمَانُ بِضْعٌ وَسَبْعُونَ بَابًا فَأَدْنَاهَا إِمَاطَةُ الأَذَى عَنِ الطَّرِيقِ وَأَرْفَعُهَا قَوْلُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ »Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda, “Iman itu ada tujuh puluh sekian pintu. Yang paling rendah dari iman adalah menyingkirkan gangguan dari jalan. Yang paling tinggi adalah kalimat laa ilaha illallah.” HR. Muslim no. 35 dan Tirmidzi no. 2614Karena dinyatakan dalam hadis bahwa iman itu ada yang rendah dan ada yang tinggi, hal ini menunjukkan bahwa iman itu bisa bertambah dan bisa Muslimin, jemaah masjid yang dirahmati Allah Ta’ keimanan hamba yang naik dan turun ini bahkan terjadi juga di bulan Ramadan yang mulia ini. Terlebih lagi ketika seorang hamba hanya menjadikan Ramadan sebagai rutinitas tahunan yang perlu ia lalui saja, atau bisa jadi karena Ramadan ini sudah sering ia rasakan akhirnya membuat dirinya merasa bosan dan kosong. Kondisi inilah yang menjadikan keimanannya melemah serta berkurang. Kendornya semangat dalam beramal ini semakin terlihat jelas ketika sudah memasuki pertengahan Ramadan, di mana masjid-masjid mulai sepi dari jemaah salat wajib, Al-Quran mulai jarang dibuka, dan pasar-pasar serta mal-mal mulai penuh dipadati karenanya, dalam kondisi seperti ini seorang hamba perlu memperhatikan hal-hal yang dapat mengembalikan semangatnya dalam ibadah serta menambah kadar keimanannya kepada Allah Ta’ Juga Dua Masalah Terkait Niat Puasa di Bulan RamadhanJemaah Salat Jumat yang dicintai ini adalah 6 hal yang insyaAllah akan memperbaiki kualitas keimanan dan ketakwaan kita, terutama di bulan mengenal lebih dekat Rabb yang kita ini harus kita dahulukan dari yang lain, dan tentunya harus kita lakukan dengan cara yang benar dan sesuai syariat. Oleh karenanya, proses mengenal Allah serta takut kepada-Nya hanya bisa dicapai dengan belajar dan menuntut ilmu. Karena berilmu merupakan kunci dari munculnya rasa takut kepada Allah Ta’ala. Allah Ta’ala berfirman,إِنَّمَا يَخْشَى اللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَاءُ“Di antara hamba-hamba Allah yang takut kepada-Nya, hanyalah para ulama.” QS. Fatir 28Kedua, hidup bersama Al-Qur’ hanya sekedar membaca saja, cobalah sembari menadaburinya dan menghayati maknanya. Karena hal ini merupakan salah satu sifat orang mukmin yang diterangkan oleh Allah Ta’ala,وَإِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ آيَاتُهُ زَادَتْهُمْ إِيمَانًا“Dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, bertambah kuat imannya.” QS. Al-Anfal3Ibnul Qayyim rahimahullah mengatakan, “Membaca suatu ayat dengan disertai penghayatan dan pemahaman itu jauh lebih baik dari sekedar mengkhatamkan tanpa disertai penghayatan dan pemahaman, serta lebih bermanfaat untuk hati dan lebih ampuh di dalam menambah keimanan dan merasakan lezatnya Al-Qur’an.”Ketiga, selalu mengingat Allah di setiap menjadikan lisan kita berzikir kepada Allah Ta’ala, meminta ampun kepada-Nya, bertasbih kepada-Nya di setiap keadaan. Karena Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda,مثل الذي يذكر ربه والذي لا يذكر ربه مثل الحي والميت“Perumpamaan orang yang mengingat Tuhannya berzikir dengan orang yang tidak mengingat Tuhannya seperti orang yang hidup dengan yang mati.” HR. Bukhari no. 6407 dan Muslim no. 779Keempat, menyelesihi hawa nafsu dengan cara mendahulukan apa-apa yang dicintai Allah dan shallallahu alaihi wasallam bersabda,ثلاث من كنَّ فيه وجد حلاوة الإيمان أن يكون الله ورسوله أحب إليه مما سواهما، وأن يحب المرء لا يحبه إلا لله، وأن يكره أن يعود في الكفر كما يكره أن يقذف في النار“Tiga hal, barangsiapa memilikinya maka ia akan merasakan manisnya iman. Yaitu menjadikan Allah dan Rasul-Nya lebih dicintai dari selainnya, mencintai seseorang semata-mata karena Allah, dan benci kembali kepada kekufuran sebagaimana ia benci jika dilempar ke dalam api neraka.” HR. Bukhari no. 16, Muslim no. 43 dan Tirmidzi no. 2624Kelima, bersemangat di dalam menghadiri majelis ilmu di mana di dalamnya digunakan untuk mengingat Allah Ta’ belum mampu, maka selektiflah di dalam berteman, pilihlah teman-teman yang saleh, teman yang senantiasa mengingatkanmu akan Allah Ta’ala karena ini merupakan kebiasaan para sahabat. Contoh saja Mu’adz bin Jabal radhiyallahu anhu ketika beliau duduk-duduk dengan salah satu sahabatnya, ia akan berkata, “Duduklah bersama kami untuk memperbarui iman walau hanya sebentar.” Sesungguhnya teman itu sebagaimana yang sering dikatakan adalah “penarik”.Seorang penyair juga pernah berkata,عن المرء لا تسأل وسل عن قرينه.. فكل قرين بالمقارن يقتدي“Tentang seseorang jangan tanya siapa dia, tetapi tanyalah siapa temannya. Maka setiap teman akan mengikuti orang yang dia temani.”Keenam, dan yang terakhir, bersemangatlah di dalam melakukan ketaatan serta menjauhkan diri dari kemaksiatan serta tidak lupa terus-menerus berdoa dan bergantung kepada Allah Ta’ shallallahu alaihi wasallam pernah bersabda yang artinya, “Fitnah akan dihamparkan ke hati seperti tikar dihamparkan sehelai demi sehelai. Hati mana saja yang menyelaminya, maka akan berbekas titik hitam padanya. Dan hati mana saja yang mengingkarinya, maka akan berbekas titik putih. Sehingga keadaan hati menjadi dua bagian. Putih seperti batu yang licin yang tidak terpengaruh oleh fitnah selama ada langit dan bumi, sedangkan hati yang satu lagi hitam berdebu seperti cangkir yang terbalik. Akibatnya ia tidak mengenal yang makruf dan tidak mengingkari yang mungkar, selain yang diserap hawa nafsunya.” HR. Muslim no. 144Semoga Allah Ta’ala senantiasa menjaga keistikamahan kita di dalam beramal, menjadikan bulan Ramadan kali ini sebagai perbaikan diri kita, bukan hanya untuk bulan Ramadan ini saja, namun berkelanjutan hingga ajal menjemput قَوْلِيْ هٰذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُBaca Juga Doa Sepanjang RamadhanKhotbah Keduaاَلْحَمْدُ للهِ وَكَفَى، وَأُصَلِّيْ وَأُسَلِّمُ عَلَى مُحَمَّدٍ الْمُصْطَفَى، وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الْوَفَا. أَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ أَمَّا بَعْدُ،فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ عَظِيْمٍ، أَمَرَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَالسَّلَامِ عَلَى نَبِيِّهِ الْكَرِيْمِ فَقَالَ إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا،اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌاَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ والْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ،اللهم ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، مِنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَّةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً، إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌرَبّنَا لاَتُؤَاخِذْ نَا إِنْ نَسِيْنَا أَوْ أَخْطَأْنَا رَبّنَا وَلاَ تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الّذِيْنَ مِنْ قَبْلِنَا رَبّنَا وَلاَ تًحَمّلْنَا مَالاَ طَاقَةَ لَنَا بِهِ وَاعْفُ عَنّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا أَنْتَ مَوْلاَنَا فَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ إنَّا نَسْأَلُكَ الهُدَى ، والتُّقَى ، والعَفَافَ ، والغِنَىاللهمّ أحْسِنْ عَاقِبَتَنَا فِي الأُمُورِ كُلِّهَا، وَأجِرْنَا مِنْ خِزْيِ الدُّنْيَا وَعَذَابِ الآخِرَةِرَبَنَا ءَاتِنَا فِي الدّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ للهِ رَبِّ العَالَمِيْنَعِبَادَ اللهِ، إنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى ويَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُBaca JugaDosa Juga Dilipatgandakan Di Bulan RamadhanBenarkah Al-Quran Turun Tanggal 17 Ramadhan?Penulis Muhammad Idris,
DANSESUNGGUHNYA SEMUA ITU TERMASUK DARI IMAN 356 (29) Hadis Abu Hurairah Radhiyallahu `anhu: 356 Sahabat perawi Hadis: 357 Syarah Hadis: 358 Pelajaran yang diambil dari Hadis: 367 (30) Hadis Abu Syuraih Al-Adawi Radhiyallahu `anhu: 369 Sahabat perawi Hadis: 370 Syarah Hadis: 371 Pelajaran yang diambil dari Hadis: 377 KEUTAMAAN AHLUL IMAN DANKeimanan adalah hal paling pokok dalam kehidupan umat Islam. Dari enam rukun iman, yang mesti mendapat prioritas sebelum lainnya adalah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya. Naskah khutbah Jumat kali ini hendak menjelaskan tentang bagaimana mengimani dua hal ini secara benar. Teks khutbah Jumat berikut ini berjudul "Khutbah Jumat Beriman kepada Allah dan Rasul-Nya". Untuk mencetak naskah khutbah Jumat ini, silakan klik ikon print berwarna merah di atas atau bawah artikel ini pada tampilan desktop. Semoga bermanfaat! Redaksi الحَمْدُ لِلّٰهِ الْمَلِكِ الدَّيَّانِ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى مُحَمَّدٍ سَيِّدِ وَلَدِ عَدْنَانَ، وَعَلَى اٰلِهِ وَصَحْبِهِ وَتَابِعِيْهِ عَلَى مَرِّ الزَّمَانِ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ الْمُنَـزَّهُ عَنِ الْجِسْمِيَّةِ وَالْجِهَةِ وَالزَّمَانِ وَالْمَكَانِ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الَّذِيْ كَانَ خُلُقُهُ الْقُرْآنَ أَمَّا بَعْدُ، عِبَادَ الرَّحْمٰنِ، فَإنِّي أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللهِ المَنَّانِ، الْقَائِلِ فِي كِتَابِهِ الْقُرْآنِ وَمَنْ لَّمْ يُؤْمِنْۢ بِاللّٰهِ وَرَسُوْلِهٖ فَاِنَّآ اَعْتَدْنَا لِلْكٰفِرِيْنَ سَعِيْرًا الفتح ١٣ Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah, Takwa adalah sebaik-baik bekal untuk meraih kebahagiaan abadi di akhirat. Oleh karena itu, khatib mengawali khutbah yang singkat ini dengan wasiat takwa. Marilah kita semua selalu meningkatkan ketakwaan kita kepada Allah subhanahu wata’ala dengan melaksanakan semua kewajiban dan meninggalkan segenap larangan. Saudara-saudara seiman, Di antara yang wajib dilakukan setiap mukallaf adalah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya. Bahkan iman kepada Allah dan Rasul-Nya adalah kewajiban yang paling pokok, paling utama, paling tinggi kedudukannya dan paling harus didahulukan. Beriman kepada Allah adalah meyakini dengan bulat dan pasti bahwa Allah ta’ala ada dan bersifat dengan sifat-sifat yang layak bagi-Nya. Yakni Allah ta’ala ada, tidak ada keraguan tentang ada-Nya, ada tanpa disifati dengan sifat-sifat makhluk, tanpa ukuran, tanpa tempat dan tanpa arah. Beriman kepada Rasul-Nya, Muhammad shallallahu alaihi wasallam adalah meyakini bahwa Muhammad bin Abdullah adalah utusan Allah kepada manusia dan jin. Ia selalu jujur dalam segala hal yang ia sampaikan dari Allah. Mengenal Allah ta’ala disertai mengesakan-Nya dalam beribadah adalah hak Allah yang paling agung yang wajib dilakukan para hamba-Nya. Mengesakan Allah dalam ibadah artinya mempersembahkan puncak perendahan diri hanya kepada-Nya. Mengenal dan mengetahui Allah tidak-lah meliputi segala sesuatu tentang-Nya. Mengetahui Allah adalah dengan mengetahui sifat yang wajib pasti bagi Allah ta’ala seperti keazalian Allah, keesaan Allah, kemahatahuan Allah tentang segala sesuatu dan bahwa Allah tidak menyerupai semua makhluk. Juga dengan menyucikan Allah dari perkara yang mustahil bagi-Nya seperti kemustahilan adanya sekutu bagi Allah, kemustahilan berlakunya ukuran, bentuk, rupa dan gambar bagi-Nya, serta mustahilnya Allah berada di suatu tempat dan arah. Juga dengan mengetahui apa yang jaiz bagi Allah seperti menciptakan sesuatu dan tidak menciptakannya. Imam Ahmad ar-Rifa’i, perintis dan pendiri tarekat Rifa’iyyah radliyallahu anhu menegaskan غَايَةُ الْمَعْرِفَةِ باللهِ الإيْقَانُ بِوُجُوْدِهِ تَعَالَى بِلَا كَيْفٍ وَلَا مَكَانٍ “Puncak pengetahuan hamba terhadap Allah adalah dengan meyakini adanya Allah ta’ala tanpa disifati dengan sifat-sifat makhluk dan tanpa tempat.” Artinya batas akhir yang bisa dicapai oleh seorang hamba dalam mengenal Allah adalah meyakini secara pasti tanpa keraguan sedikit pun akan adanya Allah tanpa disifati dengan sifat-sifat makhluk dan tanpa tempat. Perkataan ar-Rifa’i “bi la kaif” adalah tegas menafikan jism berdimensi fisik, ruang, bentuk, gerak, diam, menempel, berpisah, dan duduk dari Allah ta’ala. Jadi al-Kaif mencakup sifat apapun di antara semua sifat makhluk. Dengan demikian, orang yang meyakini bahwa Allah ada tanpa disifati dengan sifat-sifat makhluk dan tanpa tempat, maka ia telah mencapai batas akhir yang bisa dicapai oleh seorang hamba dalam mengenal Allah tabaraka wata’ala. Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah, Sedangkan mengenal Rasulullah shallallahu alaihi wasallam adalah dengan mengetahui sifat-sifat yang wajib bagi para nabi, hal-hal yang mustahil bagi mereka dan perkara yang jaiz bagi mereka. Beriman kepada Allah ta’ala wajib disertai dengan beriman terhadap kerasulan Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam. Karenanya, menggabungkan antara dua kalimat syahadat dan meyakini makna keduanya mutlak harus dilakukan untuk selamat dari kekekalan yang abadi di neraka. Karena orang yang meyakini bahwa Allah ada dan tidak beriman kepada Muhammad, maka dia bukan mukmin dan bukan muslim. Hal itu berdasarkan Al-Qur’an surat al-Fath ayat 13 seperti yang kami baca di atas. Hal ini tidak seperti yang dikatakan oleh sebagian orang musyrikin “Sungguh kami akan diberi di akhirat sesuatu yang lebih bagus dari yang diberikan kepada kalian.” Allah ta’ala berfirman menegaskan kedustaan mereka أَفَنَجْعَلُ الْمُسْلِمِينَ كَالْمُجْرِمِينَ القلم ٣٥ Maknanya tidak sama menurut Allah antara orang-orang yang beriman kepada Tuhan mereka dan orang-orang kafir. Ini adalah istifham yang menunjukkan kepada mereka kesalahan apa yang mereka katakan, sekaligus mengandung celaan dan pengingkaran yang keras kepada mereka. Saudara-saudara seiman, Dengan demikian, wajib beriman kepada Allah dan Rasul-Nya. Jangan dipedulikan orang yang menyalahi hal ini, sehingga menyamakan antara orang mukmin dan selainnya dan mengajak orang untuk beribadah kepada sesembahan yang mereka inginkan selain Allah, wal iyadzubillah. Sungguh akhirat pasti akan tiba. Perhitungan amal pasti terjadi. Dan perkara terpenting yang akan dipertanggungjawabkan seseorang di akhirat kelak adalah iman. Suatu ketika, sebagian kafir Quraisy meminta agar Nabi shallallahu alaihi wasallam menyembah berhala-berhala mereka satu tahun dan mereka akan menyembah tuhan Nabi satu tahun. Maka Allah ta’ala menurunkan surat al-Kafirun. Allah berfirman قُلْ يَا أَيُّهَا الْكَافِرُونَ الكافرون ١ Maknanya “Katakanlah “Hai orang-orang kafir”” QS al-Kafirun 1 Yakni katakanlah Wahai Muhammad. Allah memerintah Nabi-Nya dalam ayat tersebut agar menyeru mereka dengan panggilan “wahai orang-orang kafir”. لَا أَعْبُدُ مَا تَعْبُدُونَ الكافرون ٢ Maknanya “Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah” QS al-Kafirun 2 Yakni tidak sekarang, tidak juga dalam sisa umurku. وَلَا أَنْتُمْ عَابِدُونَ مَا أَعْبُدُ الكافرون ٣ Maknanya “Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah” QS al-Kafirun 3 Yakni tidak sekarang dan tidak di masa yang akan datang. Karena Allah ta’ala mengetahui pada azal bahwa mereka ini tidak akan beriman. وَلَا أَنَا عَابِدٌ مَا عَبَدْتُمْ، وَلَا أَنْتُمْ عَابِدُونَ مَا أَعْبُدُ الكافرون ٤-٥ Maknanya “Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah dan kamu tidak pernah pula menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah” QS al-Kafirun 4-5 Ini adalah taukid menekankan dan menguatkan, yang bertujuan menguatkan berita bahwa mereka akan meninggal dalam kekufuran, tidak akan masuk Islam selamanya dan tidak akan beriman. لَكُمْ دِينُكُمْ وَلِيَ دِينِ الكافرون ٦ Dalam ayat ini terdapat makna tahdid peringatan dan ancaman. Firman Allah ta’ala لَكُمْ دِينُكُمْ Artinya Bagi kalian agama kalian yang batil, yaitu syirik yang kalian yakini. وَلِيَ دِينِ Maksudnya Bagiku agamaku yang merupakan agama yang benar, yaitu Islam. Yakni bagi kalian syirik kalian dan bagiku tauhidku. Ini adalah puncak penegasan tentang keterlepasan Nabi dari perkara batil yang diyakini oleh orang-orang musyrik. Serupa dengan ayat ini dalam menunjukkan makna peringatan dan ancaman adalah firman Allah ta’ala فَمَنْ شَاءَ فَلْيُؤْمِنْ وَمَنْ شَاءَ فَلْيَكْفُرْ الكهف ٢٩ Yakni orang yang memilih iman tidaklah seperti orang yang memilih kekufuran. Orang yang memilih kekufuran akan disiksa dan orang yang memilih iman akan dibalas dengan pahala. Lanjutan ayat ini menunjukkan maksud dari penggalan ayat tersebut, yakni peringatan dan ancaman, yaitu إِنَّا أَعْتَدْنَا لِلظَّالِمِينَ نَارًا أَحَاطَ بِهِمْ سُرَادِقُهَا وَإِنْ يَسْتَغِيثُوا يُغَاثُوا بِمَاءٍ كَالْمُهْلِ يَشْوِي الْوُجُوهَ بِئْسَ الشَّرَابُ وَسَاءَتْ مُرْتَفَقًا الكهف ٢٩ Maknanya “Sesungguhnya Kami telah sediakan bagi orang-orang kafir itu neraka, yang gejolaknya mengepung mereka. Dan jika mereka meminta minum, niscaya mereka akan diberi minum dengan air seperti besi yang mendidih yang menghanguskan muka. Itulah minuman yang paling buruk dan tempat istirahat yang paling jelek” QS al-Kahfi 29 Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah, Akhirnya, kita memohon kepada Allah ta’ala agar menghidupkan kita dalam keadaan muslim dan mewafatkan kita dalam keadaan mukmin serta menyelamatkan kita dari berbagai fitnah dalam agama. نسأَلُ اللهَ تعالى أن يُـحْيِيَنَا مُسْلِمِيْنَ وأن يَتَوَفَّانَا مُؤمنِيْنَ وأن يُعَافِيَنَا من الفِتَنِ في الدّين. أقولُ قَوْلِي هذَا وأستَغْفِرُ اللهَ لي ولكُم Khutbah II اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ وَكَفَى، وَأُصَلِّيْ وَأُسَلِّمُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الْمُصْطَفَى، وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الْوَفَا. أَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ عَظِيْمٍ، أَمَرَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَالسَّلَامِ عَلَى نَبِيِّهِ الْكَرِيْمِ فَقَالَ إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا، اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ، فِيْ الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ والْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ، اللهم ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، مِنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَّةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً، إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ عِبَادَ اللهِ، إنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى ويَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ Ustadz Nur Rohmad, Anggota Tim Aswaja NU Center PWNU Jawa Timur, Ketua Komite Dakwah Khusus MUI Kab. Mojokerto dan Dosen STAI Al-Azhar, Gresik
- Contoh naskah khutbah Jumat singkat kali ini mengambil tema tentang mencintai seseorang karena Allah Ta' warahmatullaahi wabarakatuh..إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ. أَمَّا بَعْدُ؛Alhamdulillah, segala puji bagi Allah yang telah memberikan nikmat iman dan nikmat Islam, sehingga atas izin-Nya kita kembali dipertemukan dalam majelis khotbah dan salat Jumat pekan ini, 9 September serta salam pada junjungan kita Nabi Muhammad salallaahu 'alaihi wasallam beserta keluarga dan para sahabatnya. Amma ba' Khutbah Jumat Singkat Pekan Ini Hadirin kaum muslimin jamaah Jumat rahimakumullah,Sesuai dengan tema yang disampaikan mengenai cinta karena Allah memiliki makna bahwa kita mencintai seseorang tersebut karena dia merupakan hamba Allah, mencintai karena ia beriman kepada Allah SWT, dan mencintainya karena ia memiliki akhlak Islam dan beradab Islam dengan seseorang karena Allah menunjukkan bukti tentang kesempurnaan iman seseorang, hal ini seperti disebutkan dalam sabda Rasulullah SAW“Barangsiapa yang mencintai orang lain karena Allah, membenci orang lain karena Allah, memberinya karena Allah dan tidak memberi pun karena Allah, maka sungguh telah sempurna keimanannya.” HR. Abu Dawud.Hadis ini menunjukkkan bahwa cinta dan benci yang kita miliki, semuanya harus dilakukan karena Allah, karena jika cinta yang diberikan tidak diikat dengan cinta kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, tentu saja cinta itu menjadi cinta yang tidak ketika cinta tersebut karena adanya cinta kita kepada Allah dan cinta itu disempurnakan dengan mencintai seseorang karena Allah Subhanahu wa Ta’ala, maka itu akan menjadi cinta yang sebuah hadis yang diriwayatkan Thabrani, disebutkan bahwa tali iman yang sekuat-kuatnya adalah cinta karena Allah dan benci karena Allah, seperti sabda Baginda Muhammad SAW “Sekuat-kuatnya tali iman adalah cinta karena Allah dan benci karena Allah.” HR. Thabrani.Menurut Asy-Syaikh Abdul Qadir Al-Munawwir dalam kitab 'al jami’ al Kabir, maksud dari mencintai karena Allah, membenci karena Allah artinya mencintai seseorang karena ketaatan dia kepada Allah, karena agamanya. Semakin seorang dekat kepada Allah SWT, maka semakin bagus pula agamanya, semakin saleh seseorang dan semakin ia mengikuti apa yang dilakukan Rasulullah dan para sahabatnya, maka ia juga akan semakin menjauhi perbuatan maksiat kepada Allah, dan ini membuat kita semakin mencintainya karena Allah SWT. Dan begitu pula sebaliknya, semakin ia memaksiati Allah, semakin ia berbuat maksiat kepada Allah, maka itu juga bisa membuat kita semakin membenci orang itu hanya karena Allah Ta' jamaah Jumat rahimakumullah,Seperti dikutip dalam situs SMA Al-Muttaqin Tasikmalaya, mencintai karena Allah merupakan prioritas yang harus didahulukan dari segalanya karena ini merupakan penyerahan total kepada Rabb yang bertujuan hanya mengharap rida Allah SWT karena Allah juga diharapkan agar kita dapat merasakan kelezatan dan manisnya keimanan. Rasulullah SAW telah berjanji kepada siapa saja yang mampu melaksanakan tiga perkara, ia pasti akan mereguk serta merasakan lezatnya iman yang dikuatkan dengan kualitas dan kuantitas beramal. Lali apa saja tiga perkara itu?Tiga perkara itu seperti diriwayatkan dari Muslim, Nabi Muhammad saw bersabda yang maknanya “Tiga perkara yang apabila ada pada diri seseorang ia akan mendapatkan manisnya iman yaitu orang yang mencintai seseorang namun tidak mencintainya kecuali karena Allah, orang yang menjadikan Allah dan Rasul-Nya lebih ia cintai dari selain keduanya, dan orang yang lebih cinta dimasukkan ke dalam neraka daripada kembali kepada kekufuran setelah Allah menyelamatkannya.” HR. MuslimDalam sebuah hadis lain yang diriwayatkan Bukhari, Nabi Muhammad SAW menjanjikan kenikmatan besar berupa naungan pada hari kiamat bagi orang yang mencintai sesama saudaranya. Nabi SAW bersabda "Ada tujuh golongan orang beriman yang akan mendapat naungan Allah pada hari yang tidak ada naungan kecuali naungan-Nya yaitu pemimpin yang adil, seorang pemuda yang menyibukkan dirinya dengan ibadah kepada Rabb-Nya, seseorang yang hatinya terpaut dengan masjid, dua orang yang saling mencintai karena Allah mereka tidak bertemu kecuali karena Allah dan berpisah karena Allah”. HR Bukhari.Hadirin jamaah Jumat yang dimuliakan Allah,Hadis di atas, seperti dilansir laman Muhammadiyah, memberikan penjelasan tentang bagaimana Allah dan Rasul-Nya sangat memperhatikan dan menghargai kecintaan seorang hamba kepada hamba-Nya yang lain. Disebutkan bahwa pada Hari Kiamat seluruh manusia akan dikumpulkan di Padang Mahsyar untuk menunggu hisab amal perbuatannya. Di hari itu, kebanyakan manusia akan merasa sangat kepayahan dan kondisi mereka tergantung pada amal yang mereka kumpulkan ketika berada di dunia. Maka akan sangat beruntung orang-orang yang mendapat naungan Allah pada hari itu, termasuk orang-orang yang saling mencintai karena Allah Ta' satu hal yang bisa kita lakukan untuk menguatkan cinta kita kepada seseorang karena Allah adalah dengan mengabarkan kepada orang yang dicintai bahwa kita mencintainya karena sabda Rasulullah SAW “Apabila salah seorang dari kalian mencintai saudaranya, hendaklah dia mengutarakan kepadanya.” HR. BukhariDemikianlah khotbah Jumat kali ini, semoga kita semua bisa mengambil hikmah dari apa yang disampaikan dan mudah-mudahan kita semua termasuk dalam golongan orang-orang yang bertakwa, Aamiin allahumma aamiin..Wassalamu'alaikum warahmatullaahi juga Apa Ciri-ciri Amal Ibadah yang Diterima Allah SWT? Rangkuman Materi Mutiara Iman dan Ibadah Kepada Allah SWT Khutbah Jumat Singkat Pekan Ini Makna Beriman Kepada Allah & Rasul - Pendidikan Penulis Dhita KoesnoEditor Addi M Idhom
KhutbahJumat: Iman, Islam, dan Perdamaian. Muhammad Faizin. Selasa, 16 November 2021 | 13:00 WIB. Naskah khutbah Jumat kali ini menjelaskan tentang hubungan Islam, iman, dan perdamaian. Naskah khutbah ini menjelaskan bahwa agama dan perdamaian merupakan dua hal yang saling melengkapi. Tanpa perdamaian, agama tidak bisa dilaksanakan danganKhutbah Jumat Singkat Tentang Manisnya Iman يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱتَّقُواْ ٱللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِۦ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنتُم مُّسۡلِمُونَ ١٠٢ مَنۡ عَمِلَ صَٰلِحٗا مِّن ذَكَرٍ أَوۡ أُنثَىٰ وَهُوَ مُؤۡمِنٞ فَلَنُحۡيِيَنَّهُۥ حَيَوٰةٗ طَيِّبَةٗۖ وَلَنَجۡزِيَنَّهُمۡ أَجۡرَهُم بِأَحۡسَنِ مَا كَانُواْ يَعۡمَلُونَ ٩٧ Dari Abbas bin Abdil Muttholib bahwasanya ia mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda yang artinya "Telah merasakan manisnya iman, siapa yang ridho Allah sebagai Robnya, dan Islam sebagai agamanya dan Muhammad sebagai nabi dan rasul" HR Muslim Sesungguhnya barang siapa yang ridho Allah sebagai Robnya maka ia akan mencintaiNya dan bertawakkal kepadaNya serta memohon pertolongan kepadaNya. Ia merasa cukup denganNya, ia tidak akan meminta kepada selainNya, karena seluruh selainNya adalah lemah dan tidak mampu. Barangsiapa yang tidak merasa cukup dengan Allah maka tidak sesuatupun yang akan mencukupkannya, dan barangsiapa yang merasa cukup dengan Allah maka ia tidak akan butuh kepada apapun, dan barangsiapa yang merasa mulia dengan Allah maka ia tidak akan hina kepada sesuatupun. Sebagaimana Firman Allah dalam surat Az Zumar36 أَلَيۡسَ ٱللَّهُ بِكَافٍ عَبۡدَهُۥۖ Bukankah Allah cukup untuk hamba-hamba-Nya. QS Az-Zumar 36 Barangsiapa yang ridho Muhammad sebagai Rasul maka ia akan mencukupkan Muhammad sebagai tauladannya dan pemimpinnya, serta pemberi arahan baginya, dan ia akan semangat untuk mempelajari sejarahnya dan menjalankan sunnahnya. Barangsiapa yang ridho Islam sebagai agama maka ia akan merasa cukup dengan Islam, ia akan menjalankan kewajiban-kewajiban dalam Islam, menjauhi yang dilarang, dan meyakini bahwa semua yang ada dalam ajaran islam adalah benar, adil, dan petunjuk. Iman memiliki rasa manis yang tidak bisa dirasakan kecuali bagi orang yang beriman. Sebagaimana menurut Ibnu Hajar Al-Asqalani dalam Fathul Bari, manisnya madu hanya akan dirasakan oleh orang yang sehat, sedangkan orang yang sakit kuning tidak mampu merasakan manisnya. Demikian pula manisnya iman. Ia hanya didapatkan oleh orang-orang yang imannya "sehat". Diantaranya adalah yang memenuhi kriteria yang disebutkan dalam penggalan hadits dari anas bin malik radhiallahu 'anhu Dari Anas bin Malik radhiallahu 'anhu dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda "Tiga perkara yang jika terdapat pada seseorang maka ia akan merasakan manisnya iman, 1 Allah dan RasulNya lebih ia cintai dari pada selainnya, 2 Ia mencintai seseorang dan ia tidak mencintainya kecuali karena Allah, dan 3 Ia benci untuk kembali kepada kekufuran sebagaimana ia benci dilemparkan ke neraka" HR Al-Bukhari dan Muslim Manisnya iman harganya mahal, dan memberi pengaruh yang diberkahi. Harga manisnya iman adalah " Allah dan RasulNya lebih ia cintai dari pada selainnya ". Yaitu Allah dalam bacaan qur'annya dan Nabi dalam sunnahnya lebih dicintai oleh seorang mukmin daripada selain keduanya. Tatkala bertentangan antara kemaslahatanmu dengan syari'at maka engkau mendahulukan kepentingan syari'at dan keridhoan Allah, engkau memilih ketaatan kepada Allah dan RasulNya daripada mengikuti hawa nafsu dan yang lainnya. Cinta kepada Rasulullah maksudnya adalah seorang muslim tidaklah menerima sesuatupun baik perintah maupun larangan kecuali dari ajaran Nabi shallallahu 'alahi wasallam, ia tidak menempuh kecuali jalan Nabi hingga ia tidak menerima sedikitpun keberatan terhadap keputusan Nabi, serta ia berhias dengan akhlak Nabi dalam hal kedermawanan, mendahulukan orang lain, kesabaran, tawdhu, dan yang lainnya. Dan diantara harga manisnya Iman "Ia mencintai seseorang dan tidaklah ia mencintainya melainkan karena Allah", ini maksudnya adalah seorang mukmin menjalin hubungannya diatas pondasi keimanan. Ia mencintai kaum mukminin meskipun mereka adalah orang-orang yang lemah dan fakir, dan ia membenci para pelaku kemaksiatan dan kaum musyrikin meskipun mereka adalah orang-orang yang kuat dan kaya. Hakikat dari mencintai karena Allah adalah kecintaannya tidak bertambah karena kebaikan orang lain dan tidak berkurang karena sikap kaku orang lain. Dan makna persaudaraan dalam Islam yang tidak akan murni dan kokoh kecuali jika persaudaraan tersebut karena Allah dan dalam keridhoan Allah. Persaudaraan Islam yang benar tidak akan merasakan manisnya iman kecuali jika melazimi ketakwaan. Allah berfirman إِنَّمَا ٱلۡمُؤۡمِنُونَ إِخۡوَةٞ فَأَصۡلِحُواْ بَيۡنَ أَخَوَيۡكُمۡۚ وَٱتَّقُواْ ٱللَّهَ لَعَلَّكُمۡ تُرۡحَمُونَ ١٠ Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah perbaikilah hubungan antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat QS Al-Hujuroot 10 Allah juga berfirman ٱلۡأَخِلَّآءُ يَوۡمَئِذِۢ بَعۡضُهُمۡ لِبَعۡضٍ عَدُوٌّ إِلَّا ٱلۡمُتَّقِينَ ٦٧ Teman-teman akrab pada hari itu sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian yang lain kecuali orang-orang yang bertakwa. QS Az-Zukhruf 67 "Dan ia benci untuk kembali kepada kekafiran sebagaimana ia benci untuk dilemparkan ke neraka", disana ada orang yang beribadah kepada Allah dengan berada di tepi, Maka jika ia memperoleh kebajikan, tetaplah ia dalam Keadaan itu, dan jika ia ditimpa oleh suatu bencana, berbaliklah ia ke belakang, rugilah ia di dunia dan di akhirat. yang demikian itu adalah kerugian yang nyata. Jika datang dunia maka iapun beriman, akan tetapi jika dunia pergi darinya maka iapun berlepas diri dari keimanan dan kembali kepada kondisinya semula. Seorang mukmin yang benar, tidaklah terpengaruh dengan datang dan perginya dunia, hatinya kokoh, ia selalu dermawan dalam kondisi susah dan senang, dan kondisi miskin dan kaya, sehat dan sakit. Orang-orang yang merasakan kelezatan iman mereka menyebutkan tentang kelezatan tersebut. Salah seorang dari mereka berkata, "Sungguh ada waktu-waktu kebahagiaan yang lewat di hati, aku katakan jika seandainya penghuni surga dalam kondisi seperti ini, maka sungguh mereka dalam kenikmatan". Yang lain berkata, "Sesungguhnya di dunia ada surga, barangsiapa yang tidak masuk ke dalamnya maka ia tidak akan masuk ke dalam surga akhirat". Yang ketiga berkata, "Sesungguhnya keimanan memiliki kegembiraan dan kelezatan di hati, barangsiapa yang tidak merasakannya maka ia telah kehilangan imannya atau kurang imannya. Diantara mereka yang merasakan manisnya iman adalah Khubaib bin 'Adiy radhiallahu 'anhu –yang tertawan oleh kaum musyrikin-. Dikatakan kepadanya, "Apakah kau suka jika Muhammad menggantikan posisimu dan engkau dalam kondisi selamat bersama keluargamu". Tatkala itu ia hampir dibunuh dengan disalib. Maka beliau berkata, "Demi Allah, aku tidak suka jika aku bersama istri dan anak-anakku, dan aku memiliki dunia dan kenikmatannya sementara Rasulullah tertusuk duri!" Wanita yang merasakan manisnya iman, tatkala sampai kepadanya bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam telah terbunuh dalam perang Uhud. Maka wanita inipun pergi ke medan pertempuran, ternyata ayahnya terbunuh, saudara lelakinya terbunuh, putranya terbunuh, dan suaminya terbunuh. Wanita inipun berkata, "Apa yang dilakukan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam?". Tatkala matanya memandang Nabi shallallahu 'alaihi wasallam masih hidup maka iapun merasa tenang dan ia berkata, "Wahai Rasulullah, seluruh musibah menjadi ringan selama engkau selamat". Orang yang merasakan manisnya iman jika engkau mencincang tubuhnya maka ia tidak akan bergeser dari agamanya. Kaum musyrikin meletakan batu di atas dada Bilal agar ia kafir, maka Bilal berkata, "Ahad, Ahad” seraya mengesakan Alloh swt. Jika seorang muslim telah merasakan manisnya iman maka ia akan menjadi manusia yang lain, ada rasa yang lain dalam kehidupannya. Ia membangun manisnya iman dengan suka memberi, ia bahagia dengan pemberiannya bukan dengan menerima pemberian, ia memberikan kebaikan bagi orang lain, ia berusaha agar dirinya agung di sisi Allah meskipun di sisi manusia ia adalah orang yang rendah. Diantara ciri-ciri manisnya iman Seorang mukmin meyakini dari relung hatinya yang paling dalam bahwasanya rizki di tangan Allah, apa yang Allah anugerahkan kepada seorang hamba maka tidak ada seorangpun yang bisa mencegahnya, dan bahwasanya seseorang/jiwa tidak akan mati hingga dipenuhi rizqinya dan ajalnya. Dan diantara buah bentuk manisnya iman seorang mukmin terbebaskan dari hawa nafsunya dan godaan jiwanya yang menyeru kepada keburukan dan fitnah harta. Ia terbebaskan dari sikap pelit dan kikir, serta ia berhias dengan muroqobatullah selalu merasa diawasi oleh Allah, berhias dengan ikhlas, kedermawanan dan mendahulukan kepentingan saudaranya. Semoga kita semua bisa meraih manisnya iman dan sesungguhnya Allah berfirman مَنۡ عَمِلَ صَٰلِحٗا مِّن ذَكَرٍ أَوۡ أُنثَىٰ وَهُوَ مُؤۡمِنٞ فَلَنُحۡيِيَنَّهُۥ حَيَوٰةٗ طَيِّبَةٗۖ وَلَنَجۡزِيَنَّهُمۡ أَجۡرَهُم بِأَحۡسَنِ مَا كَانُواْ يَعۡمَلُونَ ٩٧ Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam Keadaan beriman, Maka Sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan Sesungguhnya akan Kami beri Balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan. QS An-Nahl 97 Khutbah Kedua Manisnya iman menjadikan seluruh ibadah menjadi ledzat. Salah seorang dari mereka berkata, "Seluruh kelezatan hanya memiliki satu kelezatan kecuali ibadah, ia memiliki tiga keledzatan. Tatkala engkau sedang beribadah, tatkala engkau mengingat ibadah tersebut, dan tatkala engkau diberi ganjaran atas ibadah tersebut" Dalam sholat ada kelezatan tatkala ditunaikan oleh seorang muslim dengan kekhusyu'an dan kehadiran hati, maka jadilah sholat adalah penyejuk pandangannya dan ketenteraman jiwanya serta surga bagi hatinya dan ketenangannya di dunia. Ia selalu merasa dalam kesempitan hingga ia melaksanakan sholat. Karenanya Imamnya orang-orang yang bertakwa yaitu Nabi shallallahu 'alaihi wasallam berkata, أَرِحْنَا بِهَا يَا بِلاَلُ "Wahai Bilal, istirahatkanlah kami dengan sholat" Sholat malam di sisi para sahabat, para tabi'in, dan para salaf umat ini memiliki kedudukan yang agung dan kelezatan yang tidak tertandingi. Berkata salah seorang dari mereka, "Demi Allah, kalau bukan karena sholat malam aku tidak ingin hidup menetap di dunia, demi Allah sesungguhnya orang yang sholat malam di malam hari bersama Allah lebih merasa ledzat daripada orang-orang yang berhura-hura dalam kelalaian mereka" Aslaf dan kaum sholeh benar-benar berlezat-lezat dengan berpuasa. Adapun haji, maka kelezatannya mendorong para jama'ah haji untuk menaiki tunggangan dan kuat menempuh perjalanan berat dengan penuh kerinduan untuk ke ka'bah. Dan dzikir kepada Allah ada kelezatan, Allah berfirman أَلا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram. QS Ar-Ro'd 28 Membaca Al-Qur'an memiliki kelezatan. Utsman bin 'Affaan radhiallahu 'anhu berkata, "Kalau seandainya hati-hati kalian bersih maka kalian tidak akan pernah merasa cukup dari firman Allah". Allah berfirman وَمَنۡ أَرَادَ ٱلۡأٓخِرَةَ وَسَعَىٰ لَهَا سَعۡيَهَا وَهُوَ مُؤۡمِنٞ فَأُوْلَٰٓئِكَ كَانَ سَعۡيُهُم مَّشۡكُورٗا ١٩ Dan Barangsiapa yang menghendaki kehidupan akhirat dan berusaha ke arah itu dengan sungguh-sungguh sedang ia adalah mukmin, Maka mereka itu adalah orang-orang yang usahanya dibalasi dengan baik. QS Al-Isroo' 19 Dan iman jika telah masuk ke dalam relung hati maka hati akan berseri dan akan menimbulkan kelezatan dalam hati, akan menjadikan kehidupan bahagia, dan dada menjadi lapang. Barangsiapa yang merasakan manisnya iman maka ia akan merasakan kelezatan dalam beribadah, ia akan berjuang di atas jalanNya, dan akan berkorban dengan segala sesuatu demi Allah. Allah berfirman قُلۡ بِفَضۡلِ ٱللَّهِ وَبِرَحۡمَتِهِۦ فَبِذَٰلِكَ فَلۡيَفۡرَحُواْ هُوَ خَيۡرٞ مِّمَّا يَجۡمَعُونَ ٥٨ Katakanlah "Dengan karunia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. karunia Allah dan rahmat-Nya itu adalah lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan". QS Yunus 58 Jika manisnya iman telah merasuk dalam relung hati maka akan menjadikan pemiliknya selalu bersama Allah di setiap waktu dan di setiap tempat, dalam gerakannya dan diamnya, siang dan malam, ia selalu bersama Penciptanya dan Penolongnya. Oleh karenanya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam memerintahkan kita untuk selalu berkata رضيت بالله ربا وبالإسلام دينا وبمحمد صلى الله عليه وسلم نبيا Aku ridho Allah sebagai Rob, Islam sebagai agama, dan Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam sebagai nabi HR At-Tirmidzi Meninggalkan maksiat karena Allah akan membuahkan rasa manis dalam hati, orang yang meninggalkan maksiat karena takut dan malu kepada Allah maka ia akan merasakan manisnya Iman. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda النظرة سهم من سهام إبليس مسمومة فمن تركها من خوف الله أثابه جل وعز إيمانا يجد حلاوته في قلبه "Pandangan haram adalah anak panah beracunnya Iblis, barang siapa yang meninggalkannya karena takut kepada Allah maka Allah Azza wa Jalla akan memberinya ganjaran keimanan, yang ia rasakan manisnya iman tersebut di hatinya" sanadnya shahih Rekamankhutbah jum'at Mesjid Az Zawiyah IAIN Langsa. الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِأَنْفُسِناَوَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا. مَنْ يَهْدِ الله ُفَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. وَمَنْ لَمْ يَجْعَلِ الله ُلَهُ نُوْرًا فَمَا لَهُ مِنْ نُوْرٍ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. أَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحُمَّدٍ وَعَلىَ آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلىَ يَوْمِ الدِّيْنِ. أَمَّا بَعْدُ فَيَا عِبَادَ اللهِ أُوصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ اْلمُتَّقُوْنَ. قَالَ اللهُ تَعَالَى زين للناس حب الشهوات من النساء والبنين والقناطير المقنطرة من الذهب والفضة والخيل المسومة والأنعام والحرث ذلك متاع الحياة الدنيا والله عنده حسن المآب Jama’ah Jum’ah Rohimakumullah,Alhamdulillah hingga detik ini kita masih diberikan kekuatan oleh Allah Ta’ala untuk beriman kepada-Nya. Sehingga kita masih dijaga oleh-Nya untuk tidak melakukan berbagai hal-hal yang menentang perintah-Nya. Sungguh ni’mat iman tiada bandingan harganya, mengapa ? karena godaan nafsu semakin berat, bukan hanya sekedar mengajak maksiat, namun juga sedikit-sedikit menggerogoti rasa ta’at. Andaikan Allah swt tidak memberikan kita keimanan, mungkin kita telah menjadi pengikut setia para syaitan. Yang tidak segan-segan memberangus keikhslasan, tetapi juga memupuk keserakahan. Jangankan teman, saudara pun rela kita singkirkan. Demi apa ? demi kekuasaan, demi kepuaasan, demi kemewahan dan demia duni yang menggiurkan. Alhamdulillah Allah berikan kita Iman dan semoga menjaganya untuk tetap bersama kita. amien Hanya saja, manusia adalah makhluk yang tak berdaya. Ia mudah menyerah kepada nafsu dunia. Oleh karena itu manusia harus senantiasa menjaga keseimbangan antara kebutuan dunia dan kebutuhan akhiratnya. Kehidupan yang seimbang akan membuat manusia sukses dan bahagia hidup di dua dunia –fid dunya hasanah wafil akhirati hasanah-. Surga dapat diraih dengan iman. Meskipun menjalani iman tidak semudah membalik telapak tangan. Perjalanan iman harus mampu menaklukkan nafsu akan harta, wanita, anak dan kuasa. Dan memang inilah cobaan terbesar manusia. Seperti yang Allah Firmankan زين للناس حب الشهوات من النساء والبنين والقناطير المقنطرة من الذهب والفضة والخيل المسومة والأنعام والحرث ذلك متاع الحياة الدنيا والله عنده حسن المآب Menaklukkan nafsu dunia bukan berarti memilikinya, bukan pula menghindarinya, tetapi mampu menggunakan dan mengatur semuanya, agar bermanfaat di jalan agama. Inilah tamsil yang keluar dari diskusi Nabi saw dengan para sahabatnya ketika bertamu di ruma sahabat Ali Karramallahu Wajhah. Diceritakan suatu ketika Rasulullah saw, bersama Abu Bakar, Umar dan Utsman bertamu ke rumah sahabat Ali. Setibanya di rumah, Fathimah istri Ali yang juga putri Rasulullah saw menghidangkan madu dalam sebuah mangkuk yang cantik. Namun dalam semangkuk madu yang dihidangkan itu terdapat sehelai rambut tercelup di dalamnya. Kemudian, Rasulullah saw meminta sahabat-sahabatnya untuk membuat suatu perbandingan terhadap ketiga benda tersebut Mangkuk yang cantik, madu, dan sehelai rambut. Jama’ah Jum’ah yang Dimuliakan AllahNabi berkata “Ayo Abu Bakar coba terangkan menurut kamu apa perbandingan antara ketiganya” Kemudian Abubakar menjawab, "iman itu lebih cantik dari mangkuk yang cantik ini, orang yang beriman itu lebih manis dari madu, dan mempertahankan iman itu lebih susah dari meniti sehelai rambut". Setelah itu giliran Umar yang berpendapat, menurutnya "kerajaan itu lebih cantik dari mangkuk yang cantik ini, seorang raja itu lebih manis dari madu, dan memerintah dengan adil itu lebih sulit dari meniti sehelai rambut". Sungguh seorang negarawan sejati yang berkarakter. Kaidah kenagaraannya harusnya dianut dan dijadikan pedoman bagi para pemimpin. Sebagai seorang yang bijaksana dan berilmu sahabat Utsman berkomentar "ilmu itu lebih cantik dari mangkuk yang cantik ini, orang yang menuntut ilmu itu lebih manis dari madu, dan ber'amal dengan ilmu yang dimiliki itu lebih sulit dari meniti sehelai rambut". Sedangkan sahabat Ali selaku tuan rumah berkata, "tamu itu lebih cantik dari mangkuk yang cantik ini, menjamu tamu itu lebih manis dari madu, dan membuat tamu senang sampai kembali pulang ke rumanya adalah lebih sulit dari meniti sehelai rambut". Sayidah Fatimah sebagai perwakilan perempuan mengibaratkan ketiganya dalam kerangka kewanitaan menurutnya "seorang wanita itu lebih cantik dari sebuah mangkuk yang cantik, wanita yang berburqo itu lebih manis dari madu, dan mendapatkan seorang wanita yangtak pernah dilihat orang lain kecuali muhrimnya lebih sulit dari meniti sehelai rambut".Jamaah Jum’ah RahimakumullahSetelah para sahabat mengemukakan pendapat mereka Rasulullah saw kemudia berkata, "seorang yang mendapat taufiq untuk ber'amal adalah lebih cantik dari mangkuk yang cantik ini, ber'amal dengan 'amal yang baik itu lebih manis dari madu, dan berbuat 'amal dengan ikhlas adalah lebih sulit dari meniti sehelai rambut". Seolah merangkum dari berbagai pendapat para sahabat itu Rasulullah saw menegaskan bahwa inti kehidupan dan amal ibadah seseorang ada dalam keikhlasan. Dan kemampuan seseorang beramal beribadah tidak lain merupakan taufiq dari-Nya. Ternyata, Malaikat Jibril as juga turut urun rembug ia men-tamsilkan ketiganya bahwa "menegakkan pilar-pilar agama itu lebih cantik dari sebuah mangkuk yang cantik, menyerahkan diri; harta; dan waktu untuk agama lebih manis dari madu, dan usaha mempertahankan agama sampai akhir hayat lebih sulit dari meniti sehelai rambut". Inilah kata Malaikat yang telah berpengalaman menyertai para Rasul dan Nabi sepanjang zaman. Dan Allah swt berfirman, " Sorga-Ku itu lebih cantik dari mangkuk yang cantik itu, nikmat sorga-Ku itu lebih manis dari madu, dan jalan menuju sorga-Ku adalah lebih sulit dari meniti sehelai rambut".Jama’ah Jum’ah yang BerbahagiaDari cerita di atas kita seharusnya mampu mengambil pelajaran guna melangkahkan kaki selanjutnya bagaimanakah kita seharusnya menghadapi hirup ini. بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِيْ اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ وَنَفَعَنِيْ وَإيَّاكُمْ ِبمَا ِفيْهِ مِنَ اْلآياَتِ وَالذكْر ِالْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ اْلعَلِيْمُ ManisnyaIman "Tiga perkara yang apabila ada pada diri seseorang, ia akan mendapatkan manisnya iman: Dijadikannya Allah dan Rasul-Nya lebih panritaislami khutbahjumat tigaperkarameraihmanisnyaiman KHUTBAH JUMAT – TIGA PERKARA MERAIH MANISNYA IMAN – Ust. Ahmad Rafiq, S. Pd tag … source QOVZhPv.